Kebodohan Sebab Segala Keburukan
Kebodohan Sebab Segala Keburukan adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 14 Jumadil Akhir 1446 H / 16 Desember 2024 M.
Kajian Tentang Kebodohan Sebab Segala Keburukan
Kita akan melanjutkan pembacaan kisah tentang Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam, dan pada kesempatan yang mulia ini, kita akan membahas dari halaman 360, tepatnya ayat ke-88 hingga ke-92.
Di antara faedah dari ayat-ayat tersebut adalah bahwa kebodohan merupakan sebab dari seluruh keburukan. Kebodohan ini mendorong seseorang untuk melakukan kedzaliman, termasuk mendzalimi dan menganiaya orang-orang yang lemah, sebagaimana yang dilakukan oleh saudara-saudara Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam ketika beliau masih kecil.
Oleh karena itu, Yusuf berkata kepada mereka sebagaimana yang Allah firmankan:
قَالَ هَلْ عَلِمْتُمْ مَا فَعَلْتُمْ بِيُوسُفَ وَأَخِيهِ إِذْ أَنْتُمْ جَاهِلُونَ
“Dia (Yusuf) berkata: Tahukah kalian keburukan apa yang telah kalian perbuat terhadap Yusuf dan saudaranya ketika dulu kalian bodoh tidak menyadari akibat perbuatan itu?” (QS. Yusuf [12]: 89).
Keburukan tersebut disebabkan oleh kebodohan. Kebodohan ini juga dapat mendorong orang kepada keburukan-keburukan lainnya, termasuk kepada kesyirikan atau menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kesyirikan yang ada di muka bumi ini, pada hakikatnya, disebabkan oleh kebodohan. Allah Ta’ala berfirman tentang permintaan kaum Nabi Musa dalam surah Al-A’raf:
… قَالُوا يَا مُوسَى اجْعَلْ لَنَا إِلَٰهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ ۚ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ
“Mereka berkata: ‘Wahai Musa, buatkanlah untuk kami sesembahan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai sesembahan-sesembahan itu.’ Musa menjawab: Sungguh, kalian adalah kaum yang bodoh.” (QS. Al-A’raf [7]: 138)
Permintaan mereka untuk membuat sesembahan selain Allah adalah akibat dari kebodohan. Nabi Musa ‘Alaihis Salam menegaskan bahwa tindakan menyekutukan Allah disebabkan oleh kebodohan.
Hal ini juga ditegaskan dalam firman Allah di surah Az-Zumar:
قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ ﴿٦٤﴾ وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ ﴿٦٥﴾ بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُن مِّنَ الشَّاكِرِينَ ﴿٦٦﴾
“Katakanlah (Muhammad): ‘Apakah kalian memerintahkan aku untuk menyembah selain Allah, wahai orang-orang yang bodoh? Sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: Jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, sembahlah Allah saja dan jadilah termasuk orang-orang yang bersyukur.`” (QS. Az-Zumar [39]: 64–66)
Orang yang mengajak untuk beribadah kepada selain Allah adalah orang yang bodoh. Dengan demikian, kesyirikan terjadi karena kebodohan, sebagaimana Allah memerintahkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menegur orang-orang yang mengajak beribadah kepada selain Allah.
Orang-orang musyrik meminta agar Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan umatnya menyembah berhala. Mereka mengusulkan untuk satu hari beribadah kepada berhala dan satu hari beribadah kepada Allah. Mereka menyebutnya sebagai bentuk keadilan atau toleransi.
Namun, Allah Ta’ala berfirman: “Katakanlah: ‘Apakah kamu menyuruhku menyembah selain Allah, wahai orang-orang yang bodoh?`”
Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang yang melakukan perbuatan syirik disebabkan oleh kebodohan.
Kebodohan juga menjadi penyebab perbuatan maksiat lainnya, seperti zina. Dalam surah Yusuf, Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam berkata:
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ
“Yusuf berkata: ‘Wahai Rabb-ku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka (untuk melakukan zina). Jika Engkau tidak memalingkan tipu daya mereka dariku, niscaya aku akan cenderung kepada mereka dan menjadi termasuk orang-orang yang bodoh.`” (QS. Yusuf [12]: 33)
Ayat ini menunjukkan bahwa perbuatan zina dilakukan karena kebodohan.
Demikian pula, kebodohan bisa menyeret kepada perilaku homoseksual, seperti yang dilakukan oleh kaum Nabi Luth ‘Alaihis Salam. Allah Ta’ala berfirman:
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ وَأَنتُمْ تُبْصِرُونَ ﴿٥٤﴾ أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِّن دُونِ النِّسَاءِ ۚ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ ﴿٥٥﴾
“Dan (ingatlah kisah) Luth ketika dia berkata kepada kaumnya, ‘Mengapa kalian mengerjakan perbuatan keji itu, padahal kamu melihat (kekejian perbuatan itu)? Mengapa kalian mendatangi laki-laki untuk melampiaskan nafsu (syahwat)mu, bukan kepada wanita? Sungguh, kamu adalah kaum yang bodoh.`” (QS. An-Naml [27]: 54-55).
Perilaku homoseksual atau lesbian dilakukan karena kebodohan.
Kebodohan juga menjadi alasan wanita melakukan tabarruj (bersolek dan menampakkan aurat). Allah Ta’ala berfirman:
…وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ…
“Dan janganlah kalian (wahai para wanita) bertabarruj seperti tabarrujnya wanita-wanita jahiliah dahulu.” (QS. Al-Ahzab [33]: 33).
Tabarruj dinisbatkan kepada jahiliah, yang berasal dari kata jahil, artinya kebodohan. Wanita yang bersolek untuk diperlihatkan kepada orang lain, bukan kepada suaminya, lalu berlenggak-lenggok di hadapan umum, melakukan hal itu karena kebodohan.
Di masa jahiliah, manusia melakukan tawaf mengelilingi Ka’bah dengan telanjang. Mereka mengatakan bahwa Allah memerintahkan mereka untuk melakukan hal tersebut. Alasannya, menurut mereka, ibadah harus dilakukan dalam keadaan bersih dan suci. Oleh karena itu, mereka tidak memakai pakaian saat tawaf.
Jika dilihat dari logika, apakah ini masuk akal? Tentu tidak. Ini adalah bentuk cocoklogi, dan cocoklogi seperti ini sudah ada sejak zaman dahulu. Orang-orang musyrik beralasan, “Kami ingin menyembah Allah. Allah itu suci, jadi kami juga harus suci dengan cara seperti ini, tanpa pakaian.” Padahal, perbuatan ini jelas tidak disukai oleh Allah karena membuka aurat.
Dalam Islam, orang yang shalat diperintahkan untuk menutup aurat. Tetapi mereka menggunakan akal-akalan untuk membenarkan perbuatannya. Namun, akal-akalan seperti ini sering kali salah, bahkan bisa menyesatkan.
Mereka juga berdalih, “Allah memerintahkan kami untuk melakukan ini.” Namun Allah Ta’ala mendustakan klaim mereka. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
وَإِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا آبَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا بِهَا ۗ قُلْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ ۖ أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, ‘Kami mendapati nenek moyang kami melakukannya, dan Allah memerintahkan kami untuk melakukannya.’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (melakukan) perbuatan keji. Apakah kalian berkata tentang Allah apa yang kalian tidak mengetahui ilmunya?`” (QS. Al-A’raf [7]: 28)
Kedustaan seperti ini terus digunakan hingga zaman sekarang. Mereka menisbatkan penyimpangan kepada nenek moyang atau bahkan kepada Allah untuk membenarkan perbuatan mereka.
Kebodohan juga mendorong manusia pada sikap rasisme yang menjijikkan. Allah Ta’ala berfirman:
إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ…
“Ingatlah ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan, yaitu kesombongan jahiliah. Lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang mukmin.” (QS. Al-Fath [48]: 26).
Kesombongan jahiliah ini terlihat pada sikap merasa lebih tinggi daripada orang lain karena kabilah, harta, atau keturunan mereka, sementara yang lain dianggap rendah. Dahulu para sahabat pernah bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di Gaza, lalu ada seorang laki-laki dari kaum Muhajirin yang memukul pantat seorang lelaki dari kaum Anshar. Maka orang Anshar tadi pun berteriak: “Wahai orang Anshar (tolong aku).” Orang Muhajirin tersebut pun berteriak: “Wahai orang muhajirin (tolong aku).” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ﻣَﺎ ﺑَﺎﻝُ ﺩَﻋْﻮَﻯ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠِﻴَّﺔِ…ﺩَﻋُﻮﻫَﺎ ﻓَﺈِﻧَّﻬَﺎ ﻣُﻨْﺘِﻨَﺔٌ.
“Seruan jahiliyah macam apa ini?! Tinggalkan seruan jahiliyah, karena sesungguhnya seruan jahiliyah itu menjijikkan.” (HR. Bukhari dan yang lainnya)
Kebodohan juga dapat mendorong seseorang untuk berhukum kepada selain Allah. Allah Ta’ala berfirman:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
“Apakah mereka menginginkan hukum jahiliah? Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah [5]: 50).
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Simak dan download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54792-kebodohan-sebab-segala-keburukan/